MEMBACA SHALAWAT KEPADA NABI SAW MENURUT AL-QURAN DAN SUNNAH (II)
1.
Shalawatnya merupakan dzikir yang indah menurut para Malaikat yang
ada di langit
2.
Allah akan memberikan rahmat dan ampunan bagi dirinya
3.
Para Malaikat akan menyebut dia dan memintakan ampunan baginya
4.
Diampuni segala dosanya
Hal ini merupakan pembenaran atas Hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Turmudzi yang diterima dari Thufail, diterima dari Abi Ibn Ka’ab. Semakin
banyak kita bershalawat semakin banyak pula kita memperoleh kebaikan.
Barangsiapa yang ingin bertambah karunia dan rahmatnya, maka perbanyaklah
shalawat kepada Nabi. Dengan bershalawat, jiwa-jiwa menjadi tenang bahkan ada
sesuatu yang lebih utama adalah Allah akan menyebutmu/ mengingatmu dan
memberikan rahmat kepadamu di hadapan para Malaikat yang ada di langit,
sebagaimana Rasul bersabda: “Barangsiapa yang membaca shalawat kepadaku sekali
saja, maka Allah akan memberinya rahmat sepuluh kali.
Dari Anas bin Malik, bahwasanya Rasulullah Saw. Telah bersabda: “barangsiapa
yang bershalawat kepadaku sekali saja, maka Allah akan merahmatinya sepuluh kali,
dihapus sepuluh kesalahan dan dinaikan kedudukannya sepuluh derajat.
Disebutkan dalam Atsar yang diterima dari Ali bin Husein, dari
bapaknya bahwa Rasulullah telah besabda:” Orang yang pelit adalah bila disebut
namaku dihadapannya, dia tidak bershalawat kepadaku.
Dalam riwayat lain, “sesungguhnya
manusia yang paling pelit adalah orang
yang bila disebut namaku dihadapannya,
dia tidak bershalawat kepadaku.
Benar, dia termasuk orang-orang pelit yang
paling pelit, bukan pelit kepada Rasul akan tetapi pelit kepada dirinya
sendiri. Berdasarkan firman Allah (Q.S. Muhammad : 38)
هَأَنْتُمْ
هَؤُلاءِ تَدْعُوْنَ لِتُنْفِقُوْا فِي سَبِيْلِ اللهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ وَمَنْ
يَبْخَلُ فَاِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ وَاللهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الَفُقَرَاءُ
Artinya:” beginilah kamu yaitu kamu
sekalian diseru untuk menafkahkan hartanya di jalan Allah, maka di antara kamu
ada yang bakhil. Dan barangsiapa yang bakhil maka sesungguhnya dia bakhil
kepada dirinya sendiri dan Allah maha kaya sedang kamu adalah orang-orang yang
membutuhkan Allah”.(Q.S.Muhammad:38)
Tidak menginfakkan harta adalah pelit dan
tidak bershalawat kepada Rasul saw adalah bakhil yang paling besar karena
bershalawat tidak memberatkanmu hanya menggerakkan dua bibirmu.
Berpijak pada Hadits dan Atsar tersebut,
maka para ulama menyimpulkan wajibnya bershalawat kepada Nabi Saw. setiap kali
disebut namanya. Ulama yang lain berpendapat bahwa wajib bershalawat dalam satu
majelis hanya sekali, berikutnya tidak wajib akan tetapi disunatkan. Menurut
sebagian ulama bahwa wajibnya bershalawat kepada Nabi Saw, hanya sekali seumur
hidup, berikutnya disunatkan dalam setiap keadaan. Ini adalah pendapat Al-Qadhi
‘Iyadh dan Ibnu Katsir menganggap aneh akan pendapat yang terakhir ini.
Untuk menyatukan berbagai pendapat itu,
kami mengungkapkan bahwa bershalawat kepada Nabi Saw, terdiri
dari tiga hukum yaitu wajib, sunat dan mustahab (disenangi). Yang wajib di kala tasyahud dalam shalat dan khutbah jum’at, sunat
ketika selesai adzan bersama jawaban lafadz al-wasilah kepada Rasul, dan
disenangi di lain waktu-waktu tersebut yaitu ketika berdo’a, memohon ampunan,
tawassul kepada Allah dan di hari jum’at karena ada Hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Ahmad:
مِنْ أَفْضَلِ
أَيّامِكُمْ يَوْمُ الْجُمْعَةِ فِيْهِ خُلِقَ أَدَمُ وَفِيْهِ قُبِضَ وَفِيْهِ
النُّفْخَةُ وَفِيْهِ الصعقة فَأَكْثِرُوْا عَلَيّ مِنَ الصَّلاةِ فِيْهِ فَاِنَّ
فلاتكم مَعْرُوْضَةٌ عَلَيَّ
Artinya: “di antara hari-harimu yang paling utama adalah hari jum’at,
pada hari itu Nabi Adam as diciptakan
dan dicabut nyawa, ditiupnya sangkakala dan terjadinya Qiamat, maka
perbanyaklah membaca shalawat kepadaku di hari itu karena sesungguhnya bacaan
shalawat kamu disampaikan kepadaku.
Dari Ibnu Mas’ud berkata: Rasulullah Saw telah bersabda:”
sesungguhnya manusia yang paling utama dihadapanku pada hari Qiamat ialah orang yang paling
banyak membaca shalawat kepadaku.
Begitu juga di tempat-tempat yang
disunatkan membaca shalawat kepada Rasul Saw, mengulang tulisan shalawat di
kitab apa saja ketika ditulis nama Nabi Saw. Akan tetapi Al-Khathib Al-baghdadi
berkata:”Saya melihat tulisan Imam ahmad bin Hambal banyak menulis nama nabi
tanpa menyebut shalawat dalam tulisannya. Dia berkata:”telah sampai kepadaku bahwasannya
dia bershalawat dalam ucapan saja.
Apakah orang bershalawat kepada Nabi cukup dengan membaca shalawat saja tanpa membaca salam?
Apabila kita perhatikan beberapa hadits, maka kita akan menemukan sebagiannya menganggap cukup membaca shalawat saja sebagaimana tersebut di atas dan sebagian yang lain menyatukan antara membaca shalawat dan salam kepada Nabi.
Apabila kita perhatikan ayat Al-Qur’an, kita akan menemukan
perintah shalawat dan salam secara bersamaan, sebagaimana Allah berfirman: يا أيّها الّذين أامنوا صلّو عليه وسلّموا تسليما Maka menggabungkan antara
membaca shalawat dan salam menjadi suatu
keharusan dan menunjukkan etika kepada Allah dan Rasulnya.
Penyatuan antara ayat dan beberapa Hadits yang tidak menyebutkan lapadz salam, menurut kami bahwa pertanyaan
tentang bagaimana cara bershalawat, ini menunjukkan keadaan mereka sudah
mengetahui cara membaca salam dan nash-nash nya
pun sudah jelas.
Bershalawat kepada selain para Nabi
Para ulama telah membolehkan bershalawat kepada selain para Nabi
semata-mata karena Ittiba’,sebagaimana
hadits -hadits terdahulu seperti: اللّهمّ صلّ علي محمّد وآله وأزواجه
وذرّيته
Ungkapan ini jelas dan ada sebagaimana yang
biasa kita temukan, maka tidak ada perselisihan antara para ulama. Adapun bila dikhususkan kepada seseorang atau
kelompok selaian para Nabi, apakah boleh bershalawat kepada mereka atau tidak?.
Sebagian ulama ada yang membolehkan dengan berdalil pada firman Allah:هو الذي يصلّي عليكم وملئكته
dan firman
Allah: أولئك عليهم
صلوات من ربّهم ورحمة juga berdalil pada hadits Nabi: اللّهمّ صلّ على أبي أوفى
Sementara menurut mayoritas ulama, tidak boleh
bershalawat untuk seseorang,
karena shalawat dan salam menjadi ciri dan syi’ar para Nabi dan sebagai pembeda
dengan yang lainnya. Sebagaimana lafadz عزّ و جلّ yang dishifatkan kepada Allah tidak
dibenarkan menggunakannya kepada selain
Allah meskipun kepada para Nabi, karena lafadz tersebut menjadi tanda Dzat
ketuhanan, akan tetapi sah-sah saja mengucapkan اِنّ محمّدا عزيز جليل عظيم
Sekelompok ulama yang lain memperkuat tidak diperbolehkannya menggunakan shalawat
khusus kepada seseorang selain para Nabi, sebagai penolakan terhadap
orang-orang yang berkeinginan menyerupakan
dengan menjadikan syi’ar-syi’ar shalawat kepada oang-orang yang mereka
agungkan dan hormati, maka tidak boleh mengikutinya.
Di antara Atsar yang terpercaya, diterima dari Umar bin Abdul ‘Aziz
ra, ia menulis sebuah kitab, ia berkata di dalamnya: “sesungguhnya
sekelompok manusia mencari urusan dunia
dengan amalan akhirat, di dalam sebuah kisah mereka memperbincangkan bahwa
bershalawat kepada para khalifah dan pemimpin mereka sama dengan bershalawat
kepada Nabi. Jika kitab ini telah datang kepadamu maka perintahlah mereka untuk
menjadikan shalawat hanya kepada para Nabi, berdo’a untuk orang-orang muslim
pada umumnya dan berdo’a hanya kepada
Allah.
Ajaran Ibnu Mas’ud ra untuk manusia mengenai shalawat kepada Nabi
Dari ibnu Mas’ud ra, sesungguhnya ia
berkata:” Apabila kalian bershalawat kepada Rasul Saw, maka baguskanlah
shalawatnya, karena sesungguhnya kalian tidak tahu boleh jadi shalawat itu
disampaikan kepadanya”.mereka berkata kepada Ibnu Mas’ud :”kami mengetahui”.
Ibnu Mas’ud berkata:” ucapkanlah
:
اَللَََّهُمَّ اجْعَلْ صَلَوَاتِكَ وَرَحْمَاتِكَ
وَبَرَكَاتِكَ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ اِمَامِ الْمُتَّقِيْنَ وَخَاتَمِ
النَّبِيِيْنَ مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ اِمَامِ الْخَيْرِ وَقَائِدِهِ وَرَسُوْلِ
الرَّحْمَةِ اللَّهُمَّ ابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا يَغْبِطُ بِهِ الأَوَّلُوْنَ وَاْلأَخِرُوْنَ اللًّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ اِبْرَاهِيْمَ اِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
Kita telah memiliki tuntunan dan contoh yang baik dari
ulama terdahulu yang tidak ada pada
zaman sekarang, maka kita harus mengikuti metode dan jalan mereka, sehingga
kita mau mengajari orang yang tidak berilmu dan menasehati orang yang tidak
mengerti, khususnya kepada anak-anak kita dan para pemuda. jadikanlah peringatan maulid Rasul Saw yang agung sebagai
momentum untuk mendidik bangsa dalam mengagungkan pemilik risalah dan mengenal
jalan, tata karma dan akhlak para sahabatnya yang menghubungkan jalan untuk
memperoleh petunjuk dan jalannya. Semoga Allah menambah rahmat dan salam kepada
Nabi, keluarga dan shahabatnya dengan sebanyak-banyaknya.
Kami menutup dengan hadits yang menjelaskan
tentang keutamaan membaca shalawat kepada Rasul Saw. Imam Ahmad berkata:”dari
Syuraij, Abu Ma’syar, Ishaq bin Ka’ab bin Ujrah, dari Abu Thalhah al-Anshari
berkata:” pada suatu hari, Rasul merasa senang, nampak di wajahnya raut
kegembiraan, lalu para shahabat bertanya:”wahai Rasulullah, hari ini
kelihatannya sedang senang,nampak terlihat raut kegembiraan? Beliau menjawab:
“ya, telah datang kepadaku seorang utusan Tuhanku, ia berkata: “Barangsiapa
yang bershalawat kepadamu dari umatmu sekali saja, maka Allah akan mencatat
baginya sepuluh kebaikan, menghapus darinya sepuluh kejelekan dan meninggikan
baginya sepuluh derajat.
Oleh : N. Ade Lia R.
NIM : 11.017
Program Studi : Pendidikan Bahasa Arab
Program Pascasarjana IAIC Tasikmalaya
-referensi ada pada penulis-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar