blog islami yang berisi bacaan doa sehari-hari, seperti doa selamat dan tolak bala, doa setelah sholat fardhu, doa sholat tahajud, doa sholat duha, doa qunut witir di bulan ramadhan, doa qunut subuh, dll. Selain itu terdapat juga bacaan dzikir dan doa di bulan ramadhan, niat puasa ramadhan, niat puasa sunnah rajab, sya'ban, dzulhijjah, syawwal, dll. Materi khutbah jumat, khutbah idul fitri, khutbah Idul Adha, khutbah bahasa sunda, pembukaan khutbah, pembukaan pidato, sejarah tokoh dan kyai

MEMBACA SHALAWAT KEPADA NABI SAW MENURUT AL-QURAN DAN SUNNAH (II)

MEMBACA SHALAWAT KEPADA NABI SAW MENURUT AL-QURAN DAN SUNNAH (II)

Embaca sholawat menurut al quran dan hadits, hukum membaca shalawat, shalawat menurut quran dan sunnah


Orang yang memperbanyak membaca shalawat kepada Rasul maka dia akan mendapatkan banyak kebaikan, diantaranya:
1.      Shalawatnya merupakan dzikir yang indah menurut para Malaikat yang ada di langit
2.      Allah akan memberikan rahmat dan ampunan bagi dirinya
3.      Para Malaikat akan menyebut dia dan memintakan ampunan baginya
4.      Diampuni segala dosanya
Hal ini merupakan pembenaran atas Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi yang diterima dari Thufail, diterima dari Abi Ibn Ka’ab. Semakin banyak kita bershalawat semakin banyak pula kita memperoleh kebaikan. Barangsiapa yang ingin bertambah karunia dan rahmatnya, maka perbanyaklah shalawat kepada Nabi. Dengan bershalawat, jiwa-jiwa menjadi tenang bahkan ada sesuatu yang lebih utama adalah Allah akan menyebutmu/ mengingatmu dan memberikan rahmat kepadamu di hadapan para Malaikat yang ada di langit, sebagaimana Rasul bersabda: “Barangsiapa yang membaca shalawat kepadaku sekali saja, maka Allah akan memberinya rahmat sepuluh kali.
Dari Anas bin Malik, bahwasanya Rasulullah Saw. Telah bersabda: “barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali saja, maka Allah akan merahmatinya sepuluh kali, dihapus sepuluh kesalahan dan dinaikan kedudukannya sepuluh derajat.
Disebutkan dalam Atsar yang diterima dari Ali bin Husein, dari bapaknya bahwa Rasulullah telah besabda:” Orang yang pelit adalah bila disebut namaku dihadapannya, dia tidak bershalawat kepadaku.
Dalam riwayat lain, “sesungguhnya manusia  yang paling pelit adalah orang yang bila disebut namaku dihadapannya,  dia tidak bershalawat kepadaku.
Benar, dia termasuk orang-orang pelit yang paling pelit, bukan pelit kepada Rasul akan tetapi pelit kepada dirinya sendiri. Berdasarkan firman Allah (Q.S. Muhammad : 38)
هَأَنْتُمْ هَؤُلاءِ تَدْعُوْنَ لِتُنْفِقُوْا فِي سَبِيْلِ اللهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ وَمَنْ يَبْخَلُ فَاِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ وَاللهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الَفُقَرَاءُ
Artinya:” beginilah kamu yaitu kamu sekalian diseru untuk menafkahkan hartanya di jalan Allah, maka di antara kamu ada yang bakhil. Dan barangsiapa yang bakhil maka sesungguhnya dia bakhil kepada dirinya sendiri dan Allah maha kaya sedang kamu adalah orang-orang yang membutuhkan Allah”.(Q.S.Muhammad:38)
Tidak menginfakkan harta adalah pelit dan tidak bershalawat kepada Rasul saw adalah bakhil yang paling besar karena bershalawat tidak memberatkanmu hanya menggerakkan dua bibirmu.
Berpijak pada Hadits dan Atsar tersebut, maka para ulama menyimpulkan wajibnya bershalawat kepada Nabi Saw. setiap kali disebut namanya. Ulama yang lain berpendapat bahwa wajib bershalawat dalam satu majelis hanya sekali, berikutnya tidak wajib akan tetapi disunatkan. Menurut sebagian ulama bahwa wajibnya bershalawat kepada Nabi Saw, hanya sekali seumur hidup, berikutnya disunatkan dalam setiap keadaan. Ini adalah pendapat Al-Qadhi ‘Iyadh dan Ibnu Katsir menganggap aneh akan pendapat yang terakhir ini.
Untuk menyatukan berbagai pendapat itu, kami mengungkapkan bahwa bershalawat kepada Nabi Saw, terdiri dari tiga hukum yaitu wajib, sunat dan mustahab (disenangi). Yang wajib di kala tasyahud dalam shalat dan khutbah jum’at, sunat ketika selesai adzan bersama jawaban lafadz al-wasilah kepada Rasul, dan disenangi di lain waktu-waktu tersebut yaitu ketika berdo’a, memohon ampunan, tawassul kepada Allah dan di hari jum’at karena ada Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:

مِنْ أَفْضَلِ أَيّامِكُمْ يَوْمُ الْجُمْعَةِ فِيْهِ خُلِقَ أَدَمُ وَفِيْهِ قُبِضَ وَفِيْهِ النُّفْخَةُ وَفِيْهِ الصعقة فَأَكْثِرُوْا عَلَيّ مِنَ الصَّلاةِ فِيْهِ فَاِنَّ فلاتكم مَعْرُوْضَةٌ عَلَيَّ  

Artinya: “di antara hari-harimu yang paling utama adalah hari jum’at, pada  hari itu Nabi Adam as diciptakan dan dicabut nyawa, ditiupnya sangkakala dan terjadinya Qiamat, maka perbanyaklah membaca shalawat kepadaku di hari itu karena sesungguhnya bacaan shalawat kamu disampaikan kepadaku.
Dari Ibnu Mas’ud berkata: Rasulullah Saw telah bersabda:” sesungguhnya manusia yang paling utama dihadapanku  pada hari Qiamat ialah orang yang paling banyak membaca shalawat kepadaku.
Begitu juga di tempat-tempat yang disunatkan membaca shalawat kepada Rasul Saw, mengulang tulisan shalawat di kitab apa saja ketika ditulis nama Nabi Saw. Akan tetapi Al-Khathib Al-baghdadi berkata:”Saya melihat tulisan Imam ahmad bin Hambal banyak menulis nama nabi tanpa menyebut shalawat dalam tulisannya. Dia berkata:”telah sampai kepadaku bahwasannya dia bershalawat dalam ucapan saja.

Apakah orang bershalawat kepada Nabi cukup dengan membaca shalawat saja tanpa membaca salam? 

Apabila kita perhatikan beberapa hadits, maka kita akan menemukan sebagiannya menganggap cukup membaca shalawat saja sebagaimana tersebut di atas dan sebagian yang lain menyatukan antara membaca shalawat dan salam kepada Nabi.
Apabila kita perhatikan ayat Al-Qur’an, kita akan menemukan perintah shalawat dan salam secara bersamaan, sebagaimana Allah berfirman: يا أيّها الّذين أامنوا صلّو عليه وسلّموا تسليما Maka   menggabungkan antara membaca shalawat dan salam  menjadi suatu keharusan dan menunjukkan etika kepada Allah dan Rasulnya.
Penyatuan antara ayat dan beberapa Hadits yang tidak menyebutkan  lapadz salam, menurut kami bahwa pertanyaan tentang bagaimana cara bershalawat, ini menunjukkan keadaan mereka sudah mengetahui cara membaca salam dan nash-nash nya  pun sudah jelas.

Bershalawat kepada selain para Nabi

Para ulama telah membolehkan bershalawat kepada selain para Nabi semata-mata karena  Ittiba’,sebagaimana hadits -hadits terdahulu seperti: اللّهمّ صلّ علي محمّد وآله وأزواجه وذرّيته  
Ungkapan ini jelas dan ada sebagaimana yang biasa kita temukan, maka tidak ada perselisihan antara para ulama.  Adapun bila dikhususkan kepada seseorang atau kelompok selaian para Nabi, apakah boleh bershalawat kepada mereka atau tidak?. Sebagian ulama ada yang membolehkan dengan berdalil pada firman Allah:هو الذي يصلّي عليكم وملئكته    dan firman Allah: أولئك عليهم صلوات من ربّهم ورحمة  juga berdalil pada hadits Nabi: اللّهمّ صلّ على أبي أوفى
Sementara menurut mayoritas ulama, tidak boleh bershalawat untuk seseorang, karena shalawat dan salam menjadi ciri dan syi’ar para Nabi dan sebagai pembeda dengan yang lainnya. Sebagaimana lafadz عزّ و جلّ yang dishifatkan kepada Allah tidak dibenarkan menggunakannya  kepada selain Allah meskipun kepada para Nabi, karena lafadz tersebut menjadi tanda Dzat ketuhanan, akan tetapi sah-sah saja mengucapkan اِنّ محمّدا عزيز جليل عظيم
Sekelompok ulama yang lain memperkuat  tidak diperbolehkannya menggunakan shalawat khusus kepada seseorang selain para Nabi, sebagai penolakan terhadap orang-orang yang berkeinginan menyerupakan  dengan menjadikan syi’ar-syi’ar shalawat kepada oang-orang yang mereka agungkan dan hormati, maka tidak boleh mengikutinya.
Di antara Atsar yang terpercaya, diterima dari Umar bin Abdul ‘Aziz ra, ia menulis sebuah kitab, ia berkata di dalamnya: “sesungguhnya sekelompok  manusia mencari urusan dunia dengan amalan akhirat, di dalam sebuah kisah mereka memperbincangkan bahwa bershalawat kepada para khalifah dan pemimpin mereka sama dengan bershalawat kepada Nabi. Jika kitab ini telah datang kepadamu maka perintahlah mereka untuk menjadikan shalawat hanya kepada para Nabi, berdo’a untuk orang-orang muslim pada umumnya dan berdo’a  hanya kepada Allah.

Ajaran Ibnu Mas’ud ra untuk manusia mengenai shalawat kepada Nabi

Dari ibnu Mas’ud ra, sesungguhnya ia berkata:” Apabila kalian bershalawat kepada Rasul Saw, maka baguskanlah shalawatnya, karena sesungguhnya kalian tidak tahu boleh jadi shalawat itu disampaikan kepadanya”.mereka berkata kepada Ibnu Mas’ud :”kami mengetahui”. Ibnu Mas’ud berkata:” ucapkanlah
 :
اَللَََّهُمَّ اجْعَلْ صَلَوَاتِكَ وَرَحْمَاتِكَ وَبَرَكَاتِكَ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ اِمَامِ الْمُتَّقِيْنَ وَخَاتَمِ النَّبِيِيْنَ مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ اِمَامِ الْخَيْرِ وَقَائِدِهِ وَرَسُوْلِ الرَّحْمَةِ اللَّهُمَّ ابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا يَغْبِطُ بِهِ الأَوَّلُوْنَ وَاْلأَخِرُوْنَ اللًّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ اِبْرَاهِيْمَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

Kita telah  memiliki tuntunan dan contoh yang baik dari ulama terdahulu  yang tidak ada pada zaman sekarang, maka kita harus mengikuti metode dan jalan mereka, sehingga kita mau mengajari orang yang tidak berilmu dan menasehati orang yang tidak mengerti, khususnya kepada anak-anak kita dan para pemuda. jadikanlah  peringatan maulid Rasul Saw yang agung sebagai momentum untuk mendidik bangsa dalam mengagungkan pemilik risalah dan mengenal jalan, tata karma dan akhlak para sahabatnya yang menghubungkan jalan untuk memperoleh petunjuk dan jalannya. Semoga Allah menambah rahmat dan salam kepada Nabi, keluarga dan shahabatnya dengan sebanyak-banyaknya.
Kami menutup dengan hadits yang menjelaskan tentang keutamaan membaca shalawat kepada Rasul Saw. Imam Ahmad berkata:”dari Syuraij, Abu Ma’syar, Ishaq bin Ka’ab bin Ujrah, dari Abu Thalhah al-Anshari berkata:” pada suatu hari, Rasul merasa senang, nampak di wajahnya raut kegembiraan, lalu para shahabat bertanya:”wahai Rasulullah, hari ini kelihatannya sedang senang,nampak terlihat raut kegembiraan? Beliau menjawab: “ya, telah datang kepadaku seorang utusan Tuhanku, ia berkata: “Barangsiapa yang bershalawat kepadamu dari umatmu sekali saja, maka Allah akan mencatat baginya sepuluh kebaikan, menghapus darinya sepuluh kejelekan dan meninggikan baginya sepuluh derajat.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ اِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَا لَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ



Oleh : N. Ade Lia R.
NIM : 11.017
Program Studi : Pendidikan Bahasa Arab
Program Pascasarjana IAIC Tasikmalaya

-referensi ada pada penulis-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar