A. PENGERTIAN ILMU
Secara etimologi, kata “ilm’ memiliki
arti kejelasan. Seringkali kata ilmu semakna dengan “ma’rifah”yang berarti
pengetahuan, hanya bedanya “ma’rifah” didahului dengan ketidaktahuan sedangkan
ilmu tidak mesti didahului dengan ketidaktahuan.
Pengertian
ilmu secara terminology, menurut Al-Ghazali (Ihya ‘Ulumiddin [3]:12):
فالعالم عبارة عن القلب الّذي فيه يحلّ مثال حقائق الأشياء.
والمعلوم عبارة عن حقائق الأشياء. والعلم عبارة عن حصول المثال في المرأة. لانّ العلم
عبارة عن وصول الحقيقة اِلى القلب.
Artinya :”Maka
‘alim (yang mengetahui) adalah rumusan tentang hati yang padanya salinan
hakikat segala sesuatu bertempat, Ma’lum (yang diketahui) adalah rumusan
tentang hakikat segala sesuatu, dan ilmu adalah rumusan tentang terhasilkannya
salinan objek itu pada cermin (kalbu), karena ilmu adalah rumusan tentang
sampainya hakikat itu ke dalam kalbu”.
Pengertian
Ilmu menurut beberapa ulama yang dirangkum oleh Ali
bin Muhammad al-Jurjani dalam kitab
At-Ta’rifat adalah:
العلم هو الاِعتقاد الجازم المطابق
للواقع
Artinya :”Ilmu adalah keyakinan yang pasti yang sesuai dengan realitas/kenyataan”.
حصول صورة الشّيء في العقل
Artinya
:”Terhasilkannya gambaran
sesuatu yang ada dalam fikiran”.
اِدراك الشّيء على ما هو به
Artinya :”Menemukan sesuatu yang sesuai dengan kenyataan”.
زوال الخفاء من المعلوم
Artinya
:”Hilangnya kesamaran dari sesuatu yang diketahui”.
العلم صفة راسخة يدرك بها الكلّيات
والجزئيات
Artinya :’Suatu sifat yang dengan sifat itu bisa diketahui sesuatu yang bersifat universal dan partikular”.
العلم وصول النفس الى معنى الشّيء
Artinya :”Pemahaman jiwa terhadap makna sesuatu”.
عبارة عن اِضافة مخصوصة بين العاقل
والمعقول
Artinya :”Suatu rumusan yang merupakan hasil hubungan orang yang berfikir
dengan obyek yang difikirkan”.
Menurut
Abdul Hamid Hakim dalam kitab Ushul fiqh (Mabadi
awwaliyah) :
صفة ينكشف بها المطلوب اِنكشافا تامّا
Artinya :”Suatu sifat yang dengan sifat itu terbukalah apa yang
dicari secara sempurna’.
Dari beberapa
definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah suatu rumusan
hasil dari pemikiran orang yang berfikir tentang sesuatu obyek/yang difikirkan
sesuai dengan realitasnya yang diyakini kebenarannya.
B. OBYEK ILMU
Obyek
yang menjadi kajian ilmu pengetahuan menurut Ilmuwan
muslim secara garis besar terbagi dua bagian yaitu alam materi dan nonmateri,
berdasarkan firman Allah :
فلا
أقسم بما تبصرون * وما لا تبصرون
Artinya :”Aku
bersumpah dengan yang kamu lihat dan yang kamu tidak lihat”. (Q.S. Al-Haqqah
[69] : 38-39)
فوجدا
عبدا من عبادنا أاتيناه رحمة من عندنا وعلّمناه من لدنّا علما
Artinya
:”Lalu mereka (Musa da Muridnya) bertemu dengan seorang hamba dari hamba-hamba
Kami, yang telah Kami anugerahkan kepadanya rahmat dari sisi Kami dan telah
Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami”. (Q.S. Al-Kahfi [18] :65)
الّذي
علّم بالقلم *علّم الأنسان ما لم يعلم
Berdasarkan ayat
di atas bahwa dilihat dari cara memperolehnya, ilmu terbagi dua yaitu ilmu
ladunni dan ilmu kasbi. Ilmu ladunni adalah ilmu yang diperoleh tanpa usaha
manusia seperti wahyu, ilham, intuisi, firasat manusia yang suci jiwanya atau faktor kebetulan yang dialami oleh ilmuwan
yang tekun dll. sebagaimana diisyaratkan pada QS Al-Kahfi ayat 65 dan Al-‘Alaq
ayat 5, sedangkan ilmu kasbi adalah ilmu yang diperoleh karena memakai alat
ataau atas dasar usaha manusia. Allah mengisyaratkan dengan firmannya Q.S.
Al-‘Alaq ayat 4.
Adapun sarana
yang harus digunakan untuk meraih pengetahuan, diantaranya pendengaran,
penglihatan, akal dan hati, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. An-Nahl [16]ayat 78 :
والله
اخرجكم من بطون امّهاتكم لا تعلمون شيئا وجعل لكم السمع والأبصار والأفئدة لعلّكم يشكرون
Artinya
:”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur. (Q.S. An-Nahl [16]: 78)
Klasifikasi
Ilmu dilihat dari sumbernya terbagi dua, yaitu : ilmu Qadim dan ilmu Hadits.
Ilmu Qadim (yang dahulu) adalah ilmu yang ada pada Zat Allah SWT, sedangkan
ilmu Hadits (yang baru) adalah ilmu yang ada pada selain Allah. Ilmu ini terbagi
lagi menjadi tiga bagian, yaitu: Badihi, Dharuri dan Istidlali/ Nadzari. Ilmu
Badihi adalah ilmu yang sederhana, jelas dengan sendirinya, tidak memerlukan
definisi atau penalaran. Ilmu Dharuri (a priori) adalah ilmu yang terhasilkan
dalam diri kita, bukan dari usaha kita dan tidak mungkin dihapus dari jiwa kita
dengan cara apapun disertai kebutuhan mutlak terhadapnya. Ilmu Dharuri sering
diseartikan dengan Ilmu Badihi. Ilmu Nadzari (inferensial) adalah ilmu yang
dihasilkan dari penalaran.
Hakikat ilmu
tidak cukup hanya dengan adanya kesesuaian antara kepercayaan/ pernyataan dengan
realitas objek tapi juga mengenai ilmu inferensial, harus berdasarkan metode
ilmiah tertentu yaang berpangkal pada skeptik dan putusan itu merupakan
keyakinan yang pasti.
C.
KEUTAMAAN
ILMU
a)
Ayat-ayat
Al-Quran yang menjelaskan tentang keutamaan ilmu
شهدالله أنّه لااِله اِلاّهووالملائكة وأولوالعلم قائما بالقسط
Artinya:”Allah
menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang
menegakkan keadilan dan para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian tu) (Q.S. Ali Imran[3]:18)
Berdasarkan
Quran terjemah, dalam ayat ini, Allah menempatkan kedudukan orang yang berilmu pada urutan ketiga setelah Diri-Nya dan para Malaikat, hal ini menunjukkan adanya
kemuliaan, keutamaan dan keagungan yang diberikan Allah kepada orang yang
berilmu.
Dalam tafsir Ibnu Katsir: bahwa Allah
SWT bersaksi dan cukuplah Ia yang menjadi saksi, dan Dia adalah saksi Yang
Paling Benar, Yang Paling Adil dan Paling Benar Perkataannya. Yang seorang diri dalam ketuhanan untuk sekalian
makhluk, seluruhnya menjadi hamba dan makhluk-Nya, seluruhnya membutuhkan-Nya
dan Dia tidak membutuhkan sesuatu pun pada
selain-Nya. Ayat ini menunjukkan adanya kedudukan yang sangat istimewa bagi
para ulama.
يرفع الله الذين أّامنوا منكم والذين أوتواالعلم درجات
Artinya:”Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Q.S. Al-Mujadilah[58]: 11)
Menurut
Ibnu Abbas: “bagi para ulama akan ditinggikan derajatnya melebihi orang-orang
mukmin sampai tujuh ratus derajat yang mana jarak antara dua derajat bisa
ditempuh selama lima ratus tahun.
اِنما يخشى الله من عباده العلماء
Artinya:”
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.
(Q.S. Fathir{35}: 28)
Yang
dimaksud ulama dalam ayat ini ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan
kekuasaan Allah, atau orang-orang yang memiliki pengetahuan tantang fenomena
alam. Berdasarkan ayat ini bahwa orang yang berilmu harus memiliki sifat dan
ciri tertentu antara lain adalah sifat khasyat yakni takut dan kagum kepada
Allah.
قل كفى بالله شهيدا بيني وبينكم ومَن عنده علم الكتاب
Artinya:”Katakanlah:”cukuplah
Allah menjadi saksi diantaraku dan kamu dan antara orang yang mempunyai ilmu
Al-Kitab. (Q.S. Ar-Ra’du[13]: 43)
Orang
yang mempunyai ilmu Al-Kitab maksudnya adalah ulama-ulama ahli Kitab yang
memeluk agama Islam.
Dalam tafsir
Ibnu Katsir, menurut satu riwayat, ayat ini ditujukan kepada Abdullah bin Salam
tapi pendapat ini ditolak oleh Mujahid dan beliau mengatakan bahwa pendapat itu
aneh, karena ayat ini diturunkan di Makkah, sementara Abdullah bin Salam masuk
islam pada awal kedatangan Nabi ke Madinah. Menurut pendapat yang lebih jelas
tentang masalah ini, sebagaimana yang diungkapkan oleh Al-‘Aufi yang diterima
dari Ibnu ‘Abbas bahwa mereka adalah orang-orang Yahudi dan Nashrani. Sementara
menurut Qatadah mereka itu adalah Ibnu Salam, Salman dan Tamim Ad-Daary.
Menurut Mujahid yang diterima dari Ibnu Abbas, maksudnya adalah Allah SWT, dan
Sa’id bin jabir pun mengingkari bahwa yang dimaksud adalah Abdullah bin Salam,
karena ayat ini termasuk Makiyyah dan ia pernah membacanya.
قال الذي عنده علم من الكتاب أنا أاتيك به قبل ان يرتدّ اِليك طرفك
Artinya:”
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab: “Aku akan membawa
singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip. (Q.S. An-Naml [27]: 40)
Al-Kitab
di sini maksudnya adalah kitab yang diturunkan sebelum Nabi Sulaiman yaitu
Taurat dan Zabur. Ayat di atas menunjukkan besarnya kekuatan ilmu sehingga
mampu memindahkan singgasana.
وقال الذين أوتوا العلم ويلكم ثواب الله خير لمن آمن وعمل
صالحا ولايلقّٰها
اِلاّ الصّابرين
Artinya:”Berkatalah
orang-orang yang dianugerahi ilmu:”kecelakaanlah bagimu, pahala Allah adalah
lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan tidak
diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar”. (Q.S.
Al-Qashash[28]: 80)
Ayat
ini menjelaskan bahwa besarnya ukuran (pahala) di akhirat bisa
diketahui
dengan ilmu
ولوردّوه الى الرّسول واِلى أولي الأمر منهم لعلمه الذين
يستنبطونه منهم
Artinya:”Dan
kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara
mereka,tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat)
mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri)”. (Q.S. An-Nisaa[4]: 83)
Yang
dimaksud Ulil Amri di sini adalah tokoh-tokoh sahabat dan para cendikiawan di
antara mereka. Menurut Mufassirin yang lain maksudnya adalah kalau suatu berita
tentang keamanan dan ketakutan itu disampaikan kepada Rasul dan Ulil Amri
tentulah Rasul dan Ulil Amri yang ahli yang dapat menyimpulkan (isthinbat) dari
berita itu.
يا بني آدم قد أنزلنا عليكم لباسا يواري سواٰتكم
وريشا ولباس التقوي
Artinya:”Hai
anak Adam, sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi
auratmu, pakaian indah untuk perhiasan dan pakaian taqwa”. (Q.S.Al-A’raf[7]:26)
Maksud
pakaian yang menutupi auratmu adalah ilmu, pakaian indah adalah keyakinan dan
pakaian taqwa adalah rasa malu.
Dalam
Tafsir Ibnu Katsir : Menurut Ibnu Jarir “الرّياش” dalam perkataan orang Arab adalah
pernak-pernik yang nampak pada pakaian, menurut Ali bin Abi Thalhah yang
diterima dari Ibnu Abbas sebagaimana yang diceritakan oleh Imam Bukhari “الرّياش”
adalah harta. menurut Imam Mujahid, ‘Urwah bin Zubair,As-Saddy dan Ad-Dhahhak
bahwa Al-‘Aufi berkata diterima dari Ibnu Abbas,الرّيش adalah pakaian dan العيش adalah kenikmatan. menurut Abdurrahman
bin Zaid bin Aslam adalah keindahan.
ولقد جئنا هم
بكتاب فصّلناه على علم هدى ورحمة لقوم يؤمنون
Artinya:”Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan
sebuah Kitab (Al-Qur’an) kepada mereka yang kami telah menjelaskannya atas
dasar pengetahuan Kami, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman”. (Q.S. Al-A’raf[7]: 52)
بل هواٰيات
بيّنات في صدور الّذين أوتوا العلم
Artinya:”Sebenarnya
Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi
ilmu”. Q.S. Al-‘Ankabut[29]: 49)
Maksudnya
ayat-ayat Al-Qur’an itu terpelihara dalam dada dengan dihafal oleh banyak kaum
muslimin turun temurun dan difahami oleh mereka sehingga tidak ada seorang pun
yang dapat merobahnya.
b) Hadits tentang Keutamaan Ilmu
يستغفر للعالم ما في السّموات والأرض
Artinya : “segala
sesuatu yang ada di langit dan di bumi akan memintakan ampunan bagi orang yang
berilmu”.
انّ الحكمة تزيد الشريف شرفا وترفع المملوك حتّى يدرك مدارك
الملوك (اخرجه ابو نعيم عن انس)
Artinya : “Sesungguhnya ilmu hikmah
itu dapat menambah kemuliaan seseorang dan mengangkat derajat hamba sahaya
sehingga dapat menemukan kedudukan para raja”.
خصلتان لايكونان في منافق حسن سمت وفقه
في الدّين (اخرجه الترمذي عن ابي هريرة)
Artinya :”Dua hal yang tidak
ada pada orang munafiq yaitu jalan yang baik dan pemahaman terhadap agama”.
افضل الناس المؤمن العالم الذي اِن
احتيج اليه نفع واِن استغني عنه أغنى نفسه (اخرجه البيهقي عن ابي الدرداء)
Artinya :”Manusia yang
paling utama adalah mu’min yang berilmu yang apabila dibutuhkan dia memberi
manfaat, dan apabila tidak dibutuhkan dia memanfaatkannya untuk dirinya
sendiri.
الأيمان عريان ولباسه التقوي وزينته
الحياء وثمرته العلم (اخرجه الحاكم عن ابي الدرداء)
Artinya
:”Iman itu telanjang. Pakaiannya adalah taqwa, perhiasannya adalah rasa malu
dan buahnya adalah ilmu”.
اقرب
النّاس من درجه النبوّة اهل العلم والجهاد, امّا اهل العلم فدلّوا الناس على ما
جاءت به الرسل وأمّا اهل الجهاد فجاهدوا بأسيافهم على ما جاءت به الرسل
Artinya :”Manusia yang
paling dekat dengan derajat kenabian adalah ahli ilmu dan ahli jihad. Adapun
ahli ilmu karena mereka suka menunjukkan manusia kepada apa yang dibawa para
Rasul sedangkan ahli jihad mereka berjuang dengan pedang sesuai dengan
ketentuan yang ada pada Rasul”.
لموت قبيلة ايسر من موت عالم (اخرجه ابو
نعيم من حديثابن عبّاس)
Artinya :”Kematian suatu
kafilah sungguh lebih ringan dari pada kematian seorang ‘alim.
يوزن
يوم القيامة مداد العلماء بدم الشهداء (اخرجه ابن ابي البرّ من حديث ابي الدّرداء)
Artinya:”Tintanya para Ulama di Hari Qiamat akan ditimbang
dengan darahnya para Syuhada.
يشفع
يوم القيامة ثلاثة : الأنبياء ثمّ العلماء ثمّ الشهداء
Artinya :”Tiga golongan yang
akan memberikan syafa’at/ pertolongan pada Hari Qiamat yaitu : para Nabi, Ulama
dan Syuhada”.
انّكم اصبحتم في زمن كثير فقهاؤه قليلٍ
قرّاؤه وخطباؤه قليل سائله كثير معطوهي العمل فيه خير من العلم, وسيأتي على النّاس
زمن قليل فقهاؤه كثير خطباؤه قليل معطوه كثير سائله العلم فيه خير من العمل
Artinya :”Sesungguhnya kamu
telah berada pada masa dimana pada masa itu banyak orang yang berilmunya,
sedikit orang yang pandai membaca dan berkhutbah, sedikit orang yang meminta
tapi banyak orang yang memberi, pada masa itu amal lebih baik dari pada ilmu.
Dan akan datang suatu masa pada manusia di mana sedikit sekali orang yang
berilmu tapi banyak penceramahnya, sedikit sekali orang yang memberi tapi banyak sekali orang yang
meminta-minta, pada masa itu ilmu lebih baik dari pada amal”.
اِنّ قليل العمل ينفع مع العلم بالله
واِنّ كثيرالعمل لا ينفع مع الجهل بالله
Artinya
:”sesungguhnya amal yang sedikit akan memberi manfaat bila disertai keyakinan
kepada Allah dan sesungguhnya amal yang banyak tidak akan memberi manfaat bila
disertai kebodohan kepada Allah”.
D.
MANFAAT
ILMU
Dengan
ilmu yang dianugerahkan Allah kepada manusia, menjadikan manusia mendapatkan kehormatan lebih dibanding makhluk
lain.
(Q.S. Al-Baqarah:31-35)
Dengan
ilmu, bisa mengantarkan seseorang kepada keimanan, keikhlasan dan ketundukan
kepada Allah. Allah berfirman (Q.S. Al-Haj [22] :54) :
وليعلم
الذين أوتوا العلم انّه الحق من ربك فيؤمنوا به فتخبت له قلوبهم
Artinya
:”Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasannya Al-Quran
itulah yang haq dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka
kepadanya”.
Kata-Kata
Bijak dari Para Ulama
قال الحسن بن علي : الجاهلون فموتي قبل موتهم والعالمون واِن
ماتوا فأحياء
Artinya
:”Orang -orang yang bodoh mereka itu telah mati sebelum mereka mati sedangkan
orang yang berilmu meskipun sudah mati mereka itu hidup.
قال الشيخ الأسلام برهان الدّين : وفي الجهل قبل الموت موت
لأهلهم * واجسامهم قبل القبورقبورهم * واِن امرؤ لم يحي بالعلم * ليس له حين
النشور نشور
Artinya
:” orang yang bodoh sebelum dia mati, adalah kematian bagi keluarganya
sedangkan tubuh mereka sebelum di kubur adalah kuburan dan apabila seseorang
tidak hidup dengan ilmu, maka tidak ada kebangkitan baginya pada saat mereka
bangkit.
ليس الحياة بأنفاس تردّدها ولكنّ الحياة حياة العلم والعمل
Artinya :”hidup
bukanlah hanya helaan nafas semata, akan tetapi hidup sebenarnya adalah
hidupnya ilmu dan amal”.
ليس اليتيم من مات أبوه ولكنّ اليتيم
يتيم العلم والعمل
Artinya :” Bukanlah
yatim itu karena ditinggal mati ayahnya, akan tetapi yatim itu adalah tidak
adanya ilmu dan amal”.
حباة الاِنسان بالروح وحباة الروح بالعقل وحياة العقل بالدّين
وحباة الدّين بالعلم وحياة العلم بالعمل وحياة العمل بالاِخلاص
E. KESIMPULAN
Dalam pandangan
Al-Quran, ilmu adalah suatu keistimewaan
yang menjadikan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan
fungsi kekhalifahan.
Ilmu
yang hakiki adalah ilmu yang dapat menimbulkan dampak dalam kehidupan karena
ilmu merupakan cahaya yang dinampakkan Allah ke dalam hati orang-orang yang
dikehendakinnya sehingga dengan ilmu bisa mengantarkan seseorang kepada
keimanan, kepatuhan dan keikhlasan dan melahirkan amal-amal yang sesuai dengan
petunjuk Ilahi dan menimbulkan kesadaran akan jati dirinya sebagai makhluk yang
dha’if di hadapan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Titik
tolak atau motivasi pencarian ilmu dan tujuan akhirnya tiada lain kecuali
mencari ridha Allah semata.
Oleh : N. Ade Lia Royani
NIM : 11.017
Program Studi : Pendidikan Bahasa Arab
Program Pascasarjana IAIC Tasikmalaya
-referensi ada pada penulis-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar